Selamatkan Lingkungan Dengan Aksi Reboisasi


Bencana banjir masih kerap terjadi di tempat-kawasan yang mempunyai resapan air kurang pada tanah. Selain banjir, tanah longsor pun juga banyak terjadi di kawasan pegunungan yang rata-rata hutannya gundul. Hal tersebut disebabkan oleh penebangan liar yang tidak diimbangi dengan reboisasi. Hutan sebagai penyedia materi pangan, kayu, bahan-bahan alami, obat-obatan, bahan bakar, rumah bagi hewan dan lain-lain merupakan bank benih bagi seluruh makhluk hidup yang harus dilindungi dan dikelola dengan hati-hati. Sayangnya, masalah kerusakan hutan dikala ini pun semakin marak terjadi. Berdasarkan data dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), hampir 7,3 juta hektar hutan diseluruh dunia hilang setiap tahunnya. Kerusakan hutan atau deforestasi hutan hampir terjadi diseluruh dunia, dimana kerusakan tersebut sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia.

Pemicu terbesar acara deforestasi hutan ialah aktivitas industri, terutama industri kayu. Faktor lainnya yaitu alasannya adalah pengalihan fungsi hutan menjadi lahan perkebunan atau lahan pemukiman warga. Di sisi lain, deforestasi juga mampu disebabkan oleh kebakaran hutan yang disengaja atau terjadi secara alami.
Salah satu metode yang digunakan dalam acara deforestasi adalah menebang pohon secara liar. Praktik tersebut akan menimbulkan tanah menjadi tandus, sehingga timbul banyak sekali persoalan lingkungan mirip:

Terganggunya siklus air

Dengan semakin berkurangnya jumlah pohon-pohon yang ada di hutan balasan deforestasi, maka hutan tidak mampu lagi menjalankan fungsinya dalam menjaga siklus air alasannya adalah pohon berperan dalam menyerap air hujan serta menghasilkan uap air yang akan dilepaskan ke atmosfer.

Bahaya banjir dan pengikisan tanah.

Dengan sedikitnya pohon, maka air hujan tidak terserap dengan baik sehingga aliran air muncul di permukaan dan mengakibatkan banjir. Air hujan yang muncul di permukaan mengangkut partikel-partikel tanah sehingga dapat menjadikan erosi tanah atau tanah longsor.

Rusaknya ekosistem darat dan laut

Partikel-partikel tanah balasan dari banjir maupun tanah longsor terbawa  menuju maritim dan mengalami proses sedimentasi atau pengendapan. Hal tersebut  tentu saja mampu merusak ekosistem yang ada di bahari, mirip ikan dan terumbu karang.

Kekeringan

Dengan sedikitnya pohon maka daya serap tanah pun juga hilang. Hal ini berimbas pada isu terkini kemarau karena tidak ada lagi cadangan air yang mampu digunakan dan berdampak pada kekeringan yang berkepanjangan.

Perubahan Iklim

Deforestasi berdampak pada pertukaran uap air dan karbondioksida yang terjadi antara atmosfer dan permukaan tanah yang berkaitan dengan terjadinya perubahan iklim, dimana ada perubahan konsentrasi yang ada di lapisan atmosfer akan mempunyai imbas eksklusif terhadap iklim.

Hilangnya keanekaragaman hayati

Menurut National Geographic, sekitar 70% tumbuhan dan hewan hidup di hutan. Deforestasi menimbulkan mereka tidak bisa bertahan hidup. Dengan hilangnya habitat-habitat tersebut, maka akan menimbulkan kepunahan spesies.

Sebabkan Abrasi pantai

Eksploitasi hutan secara liar juga mampu dilakukan terhadap hutan-hutan mangrove yang berfungsi untuk melindungi pantai dari terjangan gelombang dan badai. Jika hal tersebut terus dibiarkan, akan berakibat terjadinya pengikisan pantai.

Kerugian ekonomi

Sebagian masyarakat menggantungkan hidup mereka dari hasil hutan. Jika hutan rusak, maka sumber penghasilan mereka juga menghilang. Hal ini diakibatkan alasannya adalah tanah menjadi tandus sehingga sulit dipakai untuk bercocok tanam.

Terjadinya bencana alam dan penebangan liar pada hutan mengakibatkan banyak kerugian bagi keseimbangan alam dan kehidupan insan. Reboisasi merupakan langkah sempurna untuk mengembalikan sumber daya alam, meningkatkan kualitas hidup insan, mengurangi polusi udara, menanggulagi global warming dan lain-lain.

Reboisasi juga akrab kaitannya dengan penghijauan. Jika pada reboisasi, penanaman kembali dikhususkan pada hutan yang telah gundul atau tandus, sedangkan pada penghijauan, penanaman kembali dilakukan pada lahan kosong di luar kawasan hutan.
Penanaman ini dilakukan pada tanah milik rakyat dengan aneka macam tanaman mirip: jenis-jenis pohon hutan,pohon buah,flora perkebunan, tanaman pupuk hijau dan rumput pakan ternak. Tujuan penanaman biar lahan tersebut mampu di pulihkan, dipertahankan dan ditingkatkan kembali kesuburannya.

Reboisasi dan penghijauan sangat memiliki kegunaan bagi perbaikan lingkungan. Saat ini pemerintah tengah melaksanakan kegiatan penyuluhan terhadap masyarakat biar  mendukung acara reboisasi dan penghijauan. Selain itu dibutuhkan juga observasi tempat - daerah yang memang seharusnya segera di lakukan reboisasi.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam reboisasi dan penghijauan, antara lain:

1. Pemilihan bibit flora

Pilihlah bibit generatif alasannya adalah bibit generatif mempunyai akar tunggang dan dapat hidup lebih usang dibanding bibit vegetatif yang berasal dari bagian-bagian vegetatif flora, seperti batang, daun dan akar.  Berbeda dengan bibit generatif yang berasal dari biji. Bibit vegetatif umumnya kurang kokoh dan perakarannya dangkal sehingga cepat merusak trotoar, jalan atau susukan drainase.

2. Teknik Penanaman

Lubang tanam perlu dipersiapkan sedikitnya satu minggu sebelum penanaman dilakukan. Ukuran lubang tanam sangat bergantung pada besamya tumbuhan. Ukuran standar lubang tanam yakni 0.75 m (tinggi) x 0.90 m (lebar) x 0.90 m (panjang).

3. Perawatan pascatanam

Mempertahankan posisi tumbuh semoga tetap tegak dan stabil. Yakni dengan menyiram tumbuhan 2-3 hari sekali terutama di ekspresi dominan kemarau sambil membuang ranting-ranting yang kering. Selain itu lakukan juga pemupukan pada flora tiap 3 bulan sekali dengan pupuk NPK 25 gram per lubang.
Selain pemerintah, masyarakat juga harus berperan aktif dalam melakukan pelestarian dan penghijauan hutan kembali (reboisasi). Tanpa tugas serta dan sumbangan masyarakat maka kelestarian hutan juga tidak mampu dikendalikan. Masyarakat terutama generasi muda diharapkan mempunyai kebiasaan menanam pohon dilingkungan tempat tinggalnya. Baik dipekarangan rumah, sekolah atau dipinggir-pinggir jalan. Kebiasaan ini perlu dipupuk semenjak dini. Peran orang renta dan guru juga diharapkan dalam mengkampanyekan pentingnya hutan semoga tertanam dalam pikiran meeka bahwa kerusakan hutan juga merusak kelangsungan hidup manusia. Jika kesadaran itu sudah tumbuh maka, masyarakat akan saling bekerja sama menjaga kelestarian hutan dan segera melapor atau mencegah dengan sendirinya bila ada orang-orang yang hendak merusak atau menebang pohon-pohon di hutan di sekitar mereka.


Comments

Popular posts from this blog

Tugas Dan Fungsi Bidan Sebagai Edukator

Gemerlap Kemeriahan Panggung Dies Natalis 30 Tahun Iik Bhakti Wiyata

Zacharias Janssen Penemu & Pionir